SALAM PEMBUKA

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga blog perusahaan kami ini dapat diterbitkan.

Terbitnya blog ini merupakan salah satu media yang membantu kami dalam proses promosi, pemasaran dan distribusi produk – produk kami. Dan juga sebagai acuan dalam cara penggunaan pupuk yang tepat dan benar, yaitu tepat waktu, tepat dosis, dan tepat penggunaannya baik untuk tanaman pangan (pertanian dan hortikultura), tanaman perkebunan dan juga perikanan (tambak) maupun rumput laut.

Kami pun sadar bahwa blog ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian pendekatan untuk mencapai kesempurnaan tetap kami lakukan untuk diperbaiki dan direvisi.

Malang, Januari 2011

Perubahan Iklim ganggu Budidaya Rumput Laut

W. Farid Maruf, Ketua Komisi Rumput Laut Indonesia kepada Business News mengatakan, terjadinya perubahan iklim belakangan ini dampaknya terhadap pengolahan produksi rumput laut tidak terlalu signifikan. Namun dari sisi kegiatan budidaya rumput laut sangat mengganggu, karena ombak laut yang besar dan tinggi, sulit diharapkan tanaman rumput laut bisa tumbuh dengan balk.


Kondisi cuaca mendung dan banyak hujan belakangan ini telah mengganggu proses pengeringan rumput laut bagi masyarakat petani rumput laut yang melakukan proses pengeringan rumput laut secara tradisional dengan mengandalkan sinar matahari. Namun hal itu bisa diatasi dengan membangun pengusahaan rumput laut melalui sistem klaster, karena di dalam sistem klaster rumput laut juga dibangun pengolahan rumput laut basah menggunakan oven. Mengolah rumput laut basah melalui sistem oven, hasilnya lebih bagus daripada mengolah rumput laut kering dengan memanfaatkan sinar matahari.

Dalam kondisi iklim normal, untuk membuat satu klaster dibutuhkan 180 ha untuk budidaya rumput laut. Kemudian di setiap klaster dibangun satu pabrik pengolahan chip rumput laut. Dengan luas klaster budidaya rumput laut 180 ha, setiap hari akan dihasilkan rumput laut 12 ton. Dalam 1 tahun siklus panen rumput laut rata-rata 8 kali panen. Klaster merupakan suatu kumpulan dari berbagai unit usaha yang satu sama lainnya berhubungan secara fungsional dalam suatu kawasan tertentu dan satu pengelolaan yang terpadu. Biaya budidaya rumput laut di Indonesia sangat murah sekali, karena hanya diperlukan tali rafia untuk mengikat bibit rumput laut, ditambah pelampung bisa menggunakan botol bekas kemasan air mineral.

Untuk mengatasi kendala budidaya rumput laut saat terjadi ombak besar dan tinggi, bisa dilakukan dengan menanam rumput laut menggunakan rakit. Tali pengikat tanaman rumput laut diikatkan ke rakit, sehingga rumput laut tidak berserakan saat terkena ombak. Sedangkan rakit mudah dipindah-pindah ke tempat yang lebih aman dan terpaan ombak dan gelombang air laut yang tinggi.

Selain itu, bisa diatasi dengan cara menanam rumput laut di dasar laut. Pada waktu air laut surut segera dilakukan penanam rumput laut di dasar laut yang juga diikat dengan tali dan diberi pemberat, agar rumput laut tidak muncul ke permukaan air laut pada saat air laut pasang. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari ombak besar, yang biasanya terjadi di permukaan air laut. Cara menanam rumput laut seperti itu pernah dilakukan di pantai pulau Bali. Walaupun terjadi ombak besar, namun rumput laut tetap bisa tumbuh dengan baik di dasar laut.

Akibat harga BBM naik, dan terjadi over fishing, maka banyak nelayan yang berpindah pekerjaannya dari menangkap ikan menjadi petani rumput laut. Dari sisi penghasilan, menanam rumput laut memiliki kepastian, karena pasti bisa dipanen dan produksinya pasti terjual, sehingga penghasilan dari menanam rumput laut bisa dihitung. Kalau pekerjaan nelayan sebagai penangkap ikan banyak unsur gamblingnya, karena menangkap ikan suatu ketika bisa memperoleh hasil tangkapan ikan dalam jumlah banyak. Namun pada saat musim baratnelayan tidak berani melaut, berarti tidak memperoleh ikan sama sekali.

Di Indonesia ada sekitar 35 jenis rumput laut yang secara ekonomis dapat dikomersialkan. Namun baru sekitar 4 jenis rumput laut yang sudah diusahakan secara komersial oleh masyarakat dan kalangan dunia usaha. Target pemerintah untuk menghasilkan rumput laut 10 juta ton pada tahun 2014, optimis bisa tercapai. Langkah ke arah sana sudah dimulai dengan melakukan sosialisasi budidaya rumput laut secara luas ke masyarakat. Buktinya pada tahun 2009 produksi rumput laut Indonesia sudah mencapai 1,9 juta ton, dan tahun 2010 sampai kuartal pertama sudah mencapai 1,7 juta ton.

Selain Itu, pada tahun 2014 pemerintah juga mentargetkan produksi karagenan sebanyak 30.000 ton/ tahun, memerlukan investasi Rp694,4 miliar, menampung tenaga kerja sebanyak 111.000 orang, dan menghasilkan devisa sebanyak USD156 juta/tahun. Untuk mencapai target tersebut diperlukan langkah-langkah antara lain meningkatkan kualitas bahan baku. Produksi bahan baku ditingkatkan sepadan dengan bertambahnya jumlah industri pengolahan, melalui penambahan lahan atau membatasi ekspor bahan mentah rumput laut. Memenuhi kapasitas terpasang pabrik yang ada dan atau menambah unit pabrik karagenan. Mensubstitusi impor karagenan dan mempertimbangkan kebijakan penggunaan karagenan dalam negeri. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah memonitor perkembangan dunia tentang penggunaan karagenan dan kompetitornya.

Pusat perdagangan rumput laut terdapat di Surabaya. Sedangkan sentra-sentra produksi rumput laut tersebar di beberapa daerah. Ada Pemerintah Daerah yang menyatakan daerahnya sebagai penghasil utama rumput laut. Misalnya Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan telah mengklaim sebagai provinsi penghasil rumput laut. Begitu juga Pemda Kabupaten Sumenep, juga telah mengklaim sebagai kabupaten penghasil rumput laut. Kalau masing-masing daerah mengklaim sebagai daerah penghasil rumput laut, hal itu dinilai sangat positif untuk memotivasi daerah agar terus berupaya mengembangkan budidaya rumput laut.

Budidaya rumput laut semakin bagus dilakukan di wilayah Indonesia Bagian Timur, karena rumput laut dapat tumbuh subur di perairan pantai laut yang kandungan garamnya tinggi. Wilayah pantai yang paling bagus ditanami rumput laut adalah Larantuka, NTT. Perairan lautnya sangat subur di dunia, namun penduduknya termiskin di Indonesia.

Rumput laut selain dimanfaatkan sebagai bahan olahan pangan dan kosmetika, belakangan ini mulai diminati investor sebagai bahan baku industri kertas. Investor dari Korea Selatan telah menyatakan minatnya mengusahakan mengolah rumput laut menjadi pulp untuk bahan baku pembuatan kertas. Pulp dari rumput laut lebih bagus digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kertas, dibanding pulp dari kayu. Rumput laut yang diproses menjadi pulp mengandung serat lebih besar dan lebih panjang dibanding serat pulp dari kayu. Jenis rumput laut yang dipakai untuk membuat kertas adalah jenis rumput laut yang tidak dipakai untuk bahan produk makanan, minuman, dan kosmetika. Dengan demikian rumput laut yang dipakai sebagai bahan baku membuat kertas, tidak mengganggu kebutuhan rumput laut untuk produk makanan, minuman, dan kosmetika. (Dm)