SALAM PEMBUKA

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga blog perusahaan kami ini dapat diterbitkan.

Terbitnya blog ini merupakan salah satu media yang membantu kami dalam proses promosi, pemasaran dan distribusi produk – produk kami. Dan juga sebagai acuan dalam cara penggunaan pupuk yang tepat dan benar, yaitu tepat waktu, tepat dosis, dan tepat penggunaannya baik untuk tanaman pangan (pertanian dan hortikultura), tanaman perkebunan dan juga perikanan (tambak) maupun rumput laut.

Kami pun sadar bahwa blog ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian pendekatan untuk mencapai kesempurnaan tetap kami lakukan untuk diperbaiki dan direvisi.

Malang, Januari 2011

Pemanfaatan Teknologi Bioremediasi dan Probiotik Dalam Budidaya Tambak

1. Pendahuluan

Dalam era global saat ini, tantangan yang dihadapi petambak sangat dinamis dan semakin berat, antara lain :

  •     Mempertahankan ekosistem tambak agar tetap sehat,
  •     Meningkatkan dan mempertahankan tingkat produktifitas,
  •     Kompetisi dalam merebut pasar Internasional,
  •     Pasar menginginkan tambak yang dikelola dengan ramah lingkungan,
  •     Penolakan terhadap produk yang menggunakan berbagai bahan kimia dan antibiotik untuk mengendalikan penyakit udang.

Oleh karena itu, keberlanjutan budidaya tambak sangat tergantung pada pengelolaan ekosistem yang ramah lingkungan.


Budidaya tambak udang atau ikan memberikan keuntungan yang besar dan berisiko tinggi. Potensi yang menggiurkan para petambak memacu pengelolaan tambak dengan kepadatan tebar yang tinggi, pemberian pakan, penggunaan berbagai macam bahan kimia untuk mengendalikan bahan penyakit dan intensitas pakan. Hal ini berakibat meningkatnya jumlah limbah, polutan dan pergeseran keseimbangan ekosistem kearah yang merugikan, sehingga tidak jarang terjadi kegagalan. Masalah utama penyebab kegagalan tersebut antara lain adalah serangan penyakit, faktor eksternal dan akibat adanya senyawa toksis (H2S,NH3,Nitrit, dan lain-lainnya).

Proses biologis dalam ekosistem budidaya tambak merupakan kunci utama dalam pengelolaan budidaya tambak yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Rancangan teknologi dapat diarahkan untuk menciptakan kondisi ekologis tambak yang menguntungkan kesehatan kolam dan menghilangkan senyawa yang bersifat toksis melalui proses biologis ( Bioremediasi ) dan memanfaatkan berbagai mikroba menguntungkan ( Beneficial Microbes ) untuk meningkatkan kesehatan ekosistem tambak (probiotik).

2. Bioremediasi dan Probiotik

Dalam konteks tambak, bioremediasi dapat diartikan penggunaan proses biologis untuk menghilangkan senyawa toksis organik dan mempertahankan kandungan oksigen terlarut dalam air dalam jumlah yang optimal dan mengendalikan peningkatan kandungan CO2 dalam air. Sedangkan probiotik adalah penggunaan mikroba hidup menguntungkan saliran pencernaan hewan untuk meningkakan kesehatan inangnya ( a Probitic is defened classically as a viable microbial dictory supplement that benefiallyffects the host trough its effect in the intestinal track or “ a live microbial food ingredient that is beneficial to health ), dalam konteks budidaya udang/ikan, probiotik digunakan untuk meningkatkan kesehatan ekosistem tambak   (Revitalisasi kualitas air dari dasar tambak), kesehatan udang/ikan maupun meningkatkan sistem umur dari inang (udang/ikan) dan mengendalikan / menghambat mikroba pathogen. Biore mediasi dan probiotik adalah saling berkaitan dimana bioremediasi difokuskan dalam prosesnya sedang probiotik terfokus pada mikrobanya (Bakteri,cyano bacteria,alga, fungi).

Prinsip dasar dalam aplikasi bioremediasi dan probiotik menciptakan ekosistem tambak yang sehat dan keseimbangan rantai makanan yang menguntungkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang juga berkaitan dengan kualitas air. Pengendalian akumulasi senyawa toksis dan manajemen plankton. Kehidupan plankton saling tergantung pada sinar matahari juga ketersediaan nutrisi ( unsur hara makro dan mikro ) upaya untuk menyediakan makanan dan nutrisi bagi organisme tersebut. Dapat dilakukan dengan manajemen pemupukan. Makanan pokok hewan kecil (benur dan benih ikan) sangat tergantung pada Phytoplankton, Zooplankton, Bakteri dan Protozoa. Hal ini berarti bahwa rangkaian rantai makanan akan berjalan dengan baik bila didukung kelimpahan organisme tersebut.

Senyawa toksis (ammoniak, Nitrit dan Hydrogensulfida ) yang terdapat pada ekosistem tambak merupakan hasil metabolisme (oksidasi dan reduksi). Secara garis besar dalam ekosistem tambak terdapat dua zona yaitu zona Aerobik dan Zona anaerobic. Ammoniak dan Nitirt umumnya akan terbentuk pada zona aerobic sedangkan hydrogen sulfide (H2S) terbentuk pada zona anaerobic, oleh karena itu penanggulangan dapat dilakukan dengan mendorong pertumbuhan mikroba yang berperan dalam penguraian senyawa tersebut. Antara lain dengan memberikan mikroba yang berperan dalam penguraian senyawa tersebut. Antara lain dengan memberikan mikroba probiotik secara berkala untuk mempertahankan populasinya dalam ekosistem tambak.

Secara garis besar pengendalian senyawa toksis adalah sebagai berikut :

    Ammoniak dan Nitrit
    Senyawa ammoniak dan nitrit berasal dari senyawa N (Protein) melalui proses amonifikasi membentuk ammonium (NH4+) dan ammoniak (NH3). Kandungan ammoniak akan meningkat bila PH>8 dan Suhu >20OC. Selanjutnya dapat dioksidasi menjadi nitrit (NO2) oleh Nitrosomonas Sp dan Nitrit akan dioksidasi menjadi Nitrit oleh Nitrobacter Sp. Ion ammoniak dan Nitrat dapat digunakan sebagai unsur hara oleh Pythoplankton. Dalam kondisi anaerob nitrat akan direduksi hingga menjadi N dalam bentuk gas oleh bakteri denitrifikasi. Adapun mikroba probiotik yang dapat digunakan sebagai pengendalian senyawa amoniak dan nitrit adalah Nitrosomonas Sp. Nitrobakteri dan bakteri denitrifikasi (Pseudomonos dan Bacillus Sp, dll).
    Hidrogen Sulfide ( H2S)
    Akumulasi H2S umumnya terjadi pada zona anerobik dan bakteri pereduksi sulfur. Biogenesis H2S terutama berasal dari dekomposisi sisa-sisa pakan dan bahan organik lainnya. ( Plankton, detritus, kotoran udang, dll. ) dalam zona anaerobic upaya untuk menanggulangi H2S dapat dilakukan dengan memanfaatkan bakteri pengoksidasi sulfur yang berfotosintesis (green and purple photosynthetic bacteria ) antara lain : Rhodococcus Sp, Rhodobacter Sp,, Chromatium Sp, dll. Mikroba tersebut akan mengoksidasi H2S menjadi elemen sulfur.

3. Penutup

Pengelolaan budidaya kolam udang dan ikan pada dasarnya adalah bagaimana caranya menciptakan ekosistem /lingkungan kolam yang sesuai bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang dan ikan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan :

    Manajemen rantai makanan,
    Manajemen plankton,
    Manajemen kualitas air,
    Manajemen senyawa-senyawa toksis

Penggunaan teknologi ramah lingkungan seperti bioremediasi dan probiotik merupakan alternative dalam meningkatkan dan mempertahankan produktifias tambak/ikan dengan biaya yang relatif murah.